Berlabel Seorang Atopic: Perang Terhadap Alergi - Punya e Mas Bas

Selasa, 13 November 2018

Berlabel Seorang Atopic: Perang Terhadap Alergi


MasBas hanya ingin bercerita sebagai seorang “Atopic”. selama ini masBas tinggal di Jogja, berbagai pengalaman masBas yang menderita hipersensitifitas Sistem Imun di kota pelajar, membuat masBas sedikit berpengalaman tentang hal itu. Mudah-mudahan artikel ini dapat memberi manfa'at bagi pengunjung blog masBas ini. Sebenarnya dalam blog lain masBas sudah pernah menceritakan tentang apa yang terjadi pada tubuh masBas. 

ini juga punya masBas

Ya itu sebenarnya juga blog punya masBas, tetapi entahlah, masBas ingin bercerita kembali tentang apa yang masBas alami supaya banyak orang yang tahu dan peduli terhadap orang-orang yang sama atau mungkin dengan kasus yang lebih parah dari yang dialami masBas.

Pertama-tama masBas tetap bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, meski masBas mempunyai “ketidak normalan dalam imunitas” tetapi masih banyak orang-orang diluar sana yang mungkin diberi ujian dan cobaan yang jauh lebih berat dibanding apa yang telah menimpa masBas.

Hal ini dimulai ketika masBas beranjak dari SMA, masBas sering sakit seperti flu tetapi intensitasnya lumayan sering. Disini masBas belum menyadari tentang apa yang terjadi pada masBas. Hingga Akhirnya masBas selesai D3 dan masuk ke kelas ekstensi untuk mendapatkan pendidikan S1. Hampir setiap minggu masBas mengalami sakit flu yang lebih intens lagi. Tetapi anehnya flu ini tidak membuat badan masBas menjadi demam. masBas sering bersin-bersin tanpa sebab dan keluar cairan mucus bening dari hidung, sebut saja ingus hehehe. Halah pilek aja ngeluh sih masBas...?, Ok sekarang kalian pernah ga sih mengalami gejala influenza. Tentu saja manusia di planet ini pernah mengalaminya. Dan bayangkan hampir setiap minggu kalian mengalami gejala influenza secara terus menerus. Dan suatu ketika masBas bersin tanpa henti sampai dada (bagain jantung) masBas sakit seperti di tekan. Terlebih kalau masBas kuliah dimana ruangan tersebut ga pernah dibersihkan pendingin ruangannya. Hmmm udah deh.... bikin ga bisa konsentrasi dan mengganggu aktifitas perkuliahan masBas.

Karena masBas jengkel, masBas akhirnya berusaha meminta orang tua untuk periksa ke dokter THT. Akhirnya masBas periksa dan dokter mendiagnosis masBas mengalami alergi. Pak dokter bilang, “sebetulnya penderita alergi itu sakit tetapi bukan penyakit”. Akhirnya masBas mendapat perawatan dengan cara hidung masBas dimasukin semacam alat berbentuk stik panjang berongga yang terbuat  dari stainless dan ternyata alat itu merupakan semacam “vacum cleaner” yang menyedot rongga-rongga hidung masBas. Sakit ga?. Janganlah ditanyakan, rasanya bagaimana. Sebagai treatment terakhir hidung masBas dibuka lebar pakai alat, selanjutnya dimasukin semacam kapas yang sudah diberi obat dan dibiarkan selama beberapa menit. Waktu dimasukin ga begitu sakit, pas dikeluarin wawawaw ngilunya minta ampun. Akhirnya mas bas dikasih 40 butir pil kortikosteroid dan 40 butir dekongestan hidung serta beberapa vitamin.

Selanjutnya pengobatan tidak begitu berefek secara signifikan (sebetulnya dokter THT menyarankan untuk kembali periksa, karena soal biaya masBas mengurungkan niat untuk kembali kesana). Suatu hari masBas jadi sering mengantar keponakan untuk vaksin imunisasi di salah satu klinik anak dan bersalin. Kali ini masBas berbincang-bincang dengan perawat dan mengeluhkan apa yang MasBAs alami. Akhirnya si perawat memberi nasihat supaya masBas periksa sekalian ke dokter anak disini. WHAT!!!! Saya bilang ke perawatnya kalau saya terlalu tua untuk periksa disini, sembari tertawa kecil. Setelah itu masBas mulai berpikir untuk mengikuti saran mbak perawat itu. Tetapi sebelumnya masBas selidiki dahulu latar belakang dokter Sp. Anak yang disarankan mbak perawat. Ternyata beliau itu spesialis anak tetapi punya semacam license (biasanya ada gelar [k] yang berarti konsultan dan punya sub spesialis tertentu), kalau yang ini  untuk penanganan khusus imunologi dan alergi.
Akhirnya masBas mengantri dengan dedek bayi dan balita buat periksa ke dokter sp Anak... (duhh). Setelah gilirannya tiba, mas bas masuk ke ruangan. Sembari curhat dan berkeluh kesah tentang apa yang terjadi dengan tubuh masBas, terlebih hidung yang tak henti pilek.

Dokter menyarankan sebelum tes darah dan menegakkan diagnose alergi, sebaiknya imunisasi atau vaksin influenza terlebih dahulu. Akhirnya masbas dan keluarga setuju untuk melakukan vaksin yang dilakukan secara dua kali. Dan ditunggu hasilnya selama sekitar 2 bulanan (kalau tidak salah ingat). Apa yang terjadi, ternyata ga begitu efek, ada sih efek meskipun sedikit hehe, intensitas bersin tidak begitu separah dahulu. Dan akhirnya masBas memutuskan untuk kembali berkunjung dan menceritakan kisah tersebut. Pak dokter akhirnya memberi surat untuk periksa darah ke laboratorium. Sayangnya pak dokter yang satu ini terlalu banyak pasien sehingga ketika kita berkonsul tidak begitu banyak memberi penjelasan yang baik. Oh iya, sebagai tambahan, selain ke dokter masBas juga sering-sering cari artikel tentang alergi dan pengobatannya (tetapi masBas tidak berani mengobati asal-asalan apalagi pakai antibiotic).

Hasil cek darah

Dan tralala, hasil lab keluar, dan ternyata IgE atau imunoglobin E masBas tinggi. Singkatnya IgE sangat berperan dengan sensitivitas tubuh terhadap benda asing yang masuk, semakin tinggi nilai IgE maka tubuh akan semakin agresif menyerang benda asing yang sebetulnya tidak berbahaya bagi tubuh, yang mana menurut khalayak ramai disebut dalam bentuk alergi. Kata pak dokter, setiap orang pada dasarnya punya pertahanan tubuh berbentuk “alergi” (dalam tanda kutip), tetapi nilainya saja yang rendah. Orang normal punya nilai IgE sekitar 50 IU, dengan batas maksimal sebesar 100 IU. Dan berapakah nilai yang didapat dari darah masBas. Jreeeengg...  560 IU... sekitar 550% dari kepunyaan orang normal (kalo ga salah hitung wekeke). Ok FIX, selanjutnya pak dokter memberi saya obat, tetapi sayangnya kembali lagi saya ga dikasih tahu apa manfaat efek obat yang diberikan.
Setelah minum 25 butir dari 30 butir obat yang diberikan, (yang memang bukan antibiotic) mas bas akhirnya berhenti meminum obat tersebut. kenapa? Karena pertama masBas merasa baikan.... (Alhamdulillah), dan tingkat “ke-kumatan” sangat-sangat berkurang. TETAPI eh TETAPI, ketika masBas kuliah di ruangan lantai 2 saat mengambil S1, kumat lagi, kumat lagi. Bersin tak henti selama matakuliah, sampai-sampai masBas ga enak ama temen-temen lain dan pak Dosen yang sedang mengajar, karena masBas bersin-bersin terus.

MasBas memutuskan mencari dokter baru untuk penanganan Alergi yang masBas derita. Karena kebetulan bapak masBas pada waktu itu kontrol di salah satu dokter Sp Penyakit dalam, maka masBas iseng-iseng Tanya. Apakah bisa konsultasi alergi?. Dan Eyang Dokter pun menjawab insyaaAllah bisa karena eyang Dokter sebetulnya tertarik dengan imunologi. Sedikit cerita, kok panggilnya eyang (tepatnya eyang putri hehe), iyaaa karena dokter ini wanita tetapi sudah sepuh, beliau cerita bahwa dia adalah mahasiswanya prof., dr. Sardjito yang namanya diabadikan menjadi sebuah RS besar di Jogja. Beliau juga masih aktif mengajar di UGM, dulunya beliau pingin mengambil subspesialis imunologi, bahkan penelitian beliau dibagian terapi alergi, tetapi karena jogja ga punya geriatric pada saat itu, maka beliau ditunjuk menjadi geriatric dan bukan imunologic. Kembali ke jalur, masBas menceritakan perjalanan panjang yang mungkin masBas sudah singat diatas oleh eyang Dokter ini. masBas membawa berbagai hasil lab termasuk rongent (ronsen) yang pernah dirujukkan oleh dokter THT masBas yang lain (BTW selain dokter-dokter yang sudah masBas sebutkan, masBas sering gonta ganti dokter untuk melakukan penanganan sementara dari Alergi yang masBas derita). Ok akhirnya eyang dokter mendiagnosis masBas terdapat “reaksi alergi sedang” serta mengalami Rhinitis Alergic,dengan pembengkakan jaringan Edmoid (pokoknya jaringan hidung dalam dekat mata, temannya sinusitis dan polip tetapi bukan dari keduanya) bahasanya Rhinitis-Edmoiditis. masBas disuruh terapi obat, yang mana masBas ga boleh putus minum obat ini selama 6 bulan lamanya, dan diminum 2x sehari. Mirip seperti penanganan TBC atau hepatitis sih... duh... nama obatnya ketotifen dengan nama pabrikannya (pro***las). LAH inikan obat yang sama dengan yang diberikan oleh Dokter Sp Anak sebelumnya. masBas cerita ke eyang Dokter. Dan akhirnya eyang Dokter bertanya kenapa ga dilanjutkan pengobatannya sama pak Dokter sp. Anak tadi?. Lalu masBas jawab: gini Yang (eyang maksudnya), habisnya pakDokter tadi ga kasih penjelasan apa dan gimana tindakan selanjutnya, terus pak Dokter ga kasih penjelasan apa yang harus dilakukan dngan obat ini. Ya saya pikir itu sudah bikin sembuh.

Akhirnya eyang dokter memberi penjelasan panjang nan lebar tentang alergi (seriusan loh masBas dapet kuliah tentang dasar Alergi dan Imunologi, meski ga se-dasar mahasiswa kedokteran sih hehe). kesimpulan yang didapat sih... hipersensitifitas sistem imun / alergi (kita sebut saja alergi yah, biar ga kepanjangan) itu masih rada misteri di dunia kedokteran, ketika dia muncul pada waktu kanak-kanak “kemungkinan” besar dia tidak akan muncul di masa dewasa. Kalau ada anak karier (pembawa) alergi dari orang tuanya , kemungkinan besar dia bisa mengalami alergi pada waktu usia dewasa muda (sekitar umur 20an). Obatnya memang belum ada, tetapi penekanan sensitifitas tubuh terhadap allergen (benda penyebab alergi) bisa dikurangi atau ditekan. Di dunia kedokteran (dari pemaparan eyang dokter) setidaknya ada dua terapi, yang pertama dengan pemutusan kontak allergen dengan darah menggunakan obat, dan dengan pemberian imunisasi dengan cara menyuntikkan allergen kedalam tubuh dengan cara bertahap. Entah kenapa eyang dokter memberi masBas dengan obat (pemutusan allergen dengan darah).

Hasil Lab setelah terapi
Alhamdulillah, reaksi alergi yang masbas rasakan mulai banyak berkurang. Meski ga bisa 100% hilang. Yaa membantu sekitar 40%, tetapi itu sudah sangat masBas syukuri. masBas tidak begitu semenderita seperti sebelumnya,tetapi kualitas hidup masBas meningkat. Tetapi pada bulan ke 4 masBas menyatakan berhenti dari terapi tersebut, setelah di tes IgE masBas turun menjadi 250an IU. KENAPA BERHENTI?, haduhhhh ternyata efek samping obat terapi itu bikin masBas uring-uringan, ga mood, badan terkadang lesu ga bersemangat dan bikin kantuknya ga nahan, selain itu pipi masBas jadi mirip bakpao wekekek... yasudah akhirnya eyang dokter menerima keputusan masBas.
Saat ini masBas hanya bisa menjaga tubuh supaya ga terlalu sensitive terhadap alergi, seperti mencoba tidak begadang , olah raga setidaknya seminggu sekali berenang (ternyata sangat efektif lho mengurangi reaksi alergi). Intinya jaga kesehatan badan sih. Sebagai penutup, masBas memang tidak bisa jauh dari obat-obatan alergi seperti Anti Histamin, dan kortikosteroid (kalau yang ini masBas usahakan ga sering dipakai kecuali jika meradang, itupun kalau kepepet, eyang Dokterpun juga ga menganjurkan), jadi kalau kemana-mana masBas bawa obat Anti Histamin, karena ga tahu kapan Hipersensitivitas Alergi bakal menyerang.

Salah satu alat perang masBas

 Sebetulnya banyak sekali eyang dokter menyampaikan kuliah, terlebih setiap kontrol pasti dapet nasihat, tetapi ga mungkin masBas jelaskan disini. Dan saya mohon maaf sebesar-besarnya bagai kalangan yang ahli dalam bidang ini, karena sangat-sangat memungkinkan penjelasan masBas bisa jadi keliru karena background masBas yang berbeda, dan semua penjelasan itu terdapat kesalahan tafsir dari konsultasi masBas dengan para dokter.

Sakit itu datang dari Allah, dan Dia-lah yang memiliki penawarnya, jangan menyerah dan tetap berdo'a serta memohon kepada Sang pemilik kesembuhan.
Mungkin masBas bakal lanjut lagi mencurahkan cerita, sebagai seorang Atopic atau orang dengan hipersensitifitas Alergi, dimana masBas menemui berbagai kendala, terlebih kendala sosial sebagainya dengan stigma-stigma mereka.....

5 komentar:

  1. Komentar disini yah... beri nama, dan secepat mungkin saya akan membalas (jika lama, mohon maaf, soalnya jarang ngeblog hehehe)

    BalasHapus
  2. Halo mas , thx info nya, btw setelah tau 560 dikasih obat, lalu turun ke 250an, selanjutnya biar kembali rata rata bagaimana? Tks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, kalau saya sendiri tidak saya lanjutkan terapi saya (saya cukup jaga kesehatan dan olahraga teratur, berenang sangat saya rekomednasikan), karena memang saya malas minum obat rutin hehehe, kata dokter harusnya terapi sampai mencapai angka orang normal di sekitar 50IU. setelahnya sekitar 3 sampai 5 tahun kemungkinan kembali lagi, syukur2 bertahan lebih lama. tapi wejangan dokter yang paling utama adalah JANGAN BERGADANG karena itu benar2 faktor yang merusak sistem imun, tentu diimbangi dengan gaya hidup sehat.

      maaf baru mmbalas

      Hapus
  3. assalamualaikum mas, boleh tau terapi nya dimana ya? Soalnya Ige saya juga tinggi 700an lebih. Udah 2 dokter kulit, dokter penyakit dalam, sama dokter bedah sampek gk ngaruh, paling2 cuman bertahan kalau obatnya habis

    BalasHapus
  4. Hasil ige saya 950 tinggi banget..reaksi allergy yg saya alami gatal gatal dan bercak merah..sudah di banyak dokter alergi kulit dan dokter kulit specialist immunologi mereka semustidak punya solusi bagi saya, cara saya mengatasi reaksi gatal dan bercak merahnya dengan makan 1 butir ceterizine dan klau gatal kambuh lagi habis 3 hari saya makan lagi ceterizine...sudah cukup lama keadaan saya seperti ini. Makan 1 butir cetetizine pada malam hari dan setelah 3 hari baru maksn lagi 1 butir....sekarang sekarang ini saya makan 2 pil kembang bulan tiaphari hasilnya juga sama seperti makan ceterizine. Ceterizine kimia..kembang bulan herbal mending herbal. Saya mau coba pil darsi. Dan juga dokter alergi kulit dewi yg bekerja di rs pertamina menyarankan saya ke dr specialist alergi immunology nanang di rumah sakit antam di pulogadung. Saya belum kesana tetapi kata dokter dewi pasien dia yg igenya lebih dari 1000 pergi ke dokter nanang sembuh. Saya juga dalam waktu dekat ini ingin ke dokter nanang...terima kasih.semoga bermanfaat info saya

    BalasHapus

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, saya mohon untuk meninggalkan komentar yang membangun....

Jangan lupa masuk dahulu dengan akun/e-mail google anda...