Kaca dan Mata : Astigmatisma bukan Minus - Punya e Mas Bas

Rabu, 14 November 2018

Kaca dan Mata : Astigmatisma bukan Minus


Hai hai blog walker, postingan kali ini masBas akan cerita tentang kesehatan mata. Maksudnya masBas bercerita tentang pengalaman masBas ke dokter mata di sekitar Yogyakarta. Kalau boleh jujur masBas ini juga pengguna kacamata meskipun ga terlalu disiplin dalam memakainya... hehe, soalnya minus masBas masih dibawah 1, yaitu mata kanan -0,75 dan yang kiri -0,5. Oh iya masBas bukan mata minus (myopia) tetapi silinder (astigmatisma). Lalu perbedaannya apa masBas? Kalau ciri fisik silakan googling aja yah haha..., yang jelas kacamatanya berbeda kalau minus memakai lensa cekung atau lensa negatif, sedangkan kalau astigmatismamemakai lensa silinder, yang mana di dalam resep kacamata pasti akan diberi keterangan tambahan berupa “axis” atau derajat pemasangan lensa yang sesuai dengan mata kita, So... silinder sebetulnya bukan menunjuk pada ketidaknormalan mata, tetapi pada lensa yang digunakan pada penderita astigmatisma.
Pict from Hellosehat

Kalau boleh jujur sih, banyak dokter mata yang tidak menganjurkan penggunaan kacamata apabila terdapat minus kurang dari 1. Sebab menurut beberapa sumber, minus dibawah 1 masih bisa “diakali” (tanda kutip) dengan senam mata, dan melihat pepohonan hijau (kabarnya sih minus anaknya guru saya dulu, bisa turun gara-gara suka jalan-jalan di perkebunan teh.. wekekeke) but I don’t know.....

Awalnya kenapa masBas pakai kacamata, ceritanya begini, pada waktu itu (tahun 2011) masBas iseng-iseng periksa pakai jaminan kesehatan yang diberi oleh kampus, jadi di kampus masBas itu terdapat semacam klinik yang memberikan pemeriksaan gratis bagi mahasiswanya. Disana ada dokter umum dan spesialis mata, bahkan ada grup yoga dan gym. Karena masBas penasaran buat periksa ke spesialis mata, maka masBas daftar dah, tetapi pertama-tama harus ke dokter umum dahulu, selanjutnya dirujuk ke dokter spesialis mata. Pada waktu periksa di dokter umum, masBas bilang saja kalau baca sering pusing (ya iyalah yang dibaca rumus semua, wekeke), trus masBas minta saja ke pak dokter (umum) untuk dirujuk ke dokter spesialis mata. Akhirnya masBas diberi rujukan, kemudian karena masBas periksa ke dokter umum sekitar jam 10 pagi, sedangkan dokter spesialis mata praktek jam 2 siang, Yaa masBas harus menunggu di klinik...

Jam 2 siang pak dokter sp Mata membuka ruangan, eitss ternyata masBas dapet antrian nomor 3, yaudah masBas menunggu lagi dengan sabar. Giliran masbas periksa pada jam setengah 4 sore, cuz masuk ke ruangan dokter. Sekilas masBas lihat nota resep kosong di meja pak dokter, ternyata pak dokter juga praktek di RS dr Sardjito Jogja lho, oh iya!, dan juga dokternya masih muda, mungkin seumuran kakak masBas yang pertama. “selamat siang dokter!” , kata masBas, sembari menuju tempat duduk pasien,. “selamat siang, silakan duduk, ada yang bisa dibantu?”, kata mas dokter. “Gini dok, kok, mata saya gampang lelah ya? ”, kata masBas. Dilanjutkan dengan berbagai tanya jawab, mas dokter sepertinya sedang melakukan anamnesa terhadap masBas.
Ok, masBas diminta duduk di tempat yang disediakan, ada di tengah-tengah ruangan mas dokter. Mas dokter mengambil alat semacam teropong, selanjutnya mata masBas di teropong dengan alat itu. Setelahnya, mas dokter pun meminta masBas untuk pakai semacam alat yang bentuknya seperti kacamata, lalu ditutuplah mata kiri masBas, dan disuruh membaca (menggunakan mata kanan) huruf-huruf yang ada di papan, sesuai dengan lampu yang menyala. Pada tingkat tertentu masBas sudah kesusahan untuk membaca huruf, akhirnya alat yang terpasang di depan mata masBas diberi semacam lensa dan disuruh baca ulang, satu persatu lensa diganti bahkan ada yang diputar lensanya (sepertinya mas dokter sedang menentukan axis lensa). Setelah mata kanan dan kiri dapat membaca tulisan di papan sesuai level orang normal, masBas diminta jalan-jalan di dalam ruangan, lalu ditanya apakah masBas pusing ketika memakai lensa tersebut?. masBas jawab “kok rada aneh ya dok! , rasanya bergelombang jadinya”. Lalu masBas diminta untuk duduk kembali dan mas dokter mengganti lensa pada mata yang kiri seraya berkata, “yang kiri sepertinya harus ngalah...” (maksudnya angka minus pada lensa kiri dikurangi). MasBas disuruh jalan lagi dan mata masBas jadi lebih terang rasanya, juga tidak bergelombang seperti sebelumnya.

Selesai menggunakan alat itu, masBas duduk kembali di depan meja mas dokter. Dan mas dokter pun sibuk membaca dan menulis hasil pemeriksaan dengan alat tadi. masBas tanya hasilnya, dan dokter menjawab, bahwa mata masBas ada astigmatisma meski dalam angka yang kecil, yaitu -0,25 pada masing-masing mata. Mas dokter menyarankan untuk tidak pakai kacamata dahulu, dan masBas disuruh banyak makan wortel rebus (#buseddttdah). Mana masBas ga doyan wortel pula wekeke, lalu masBas bertanya , “apakah minus ¼ bisa bikin mata mudah lelah dok?”. Dokterpun menjelaskan iya tentu bisa, memang sih, dengan kacamata daya akomodasi mata jadi lebih optimal. Karena masBas butuh ketelitian mata dalam praktikum saat perkuliahan, masBas perlu alat bantu (masa iya harus bawa kaca pembesar kemana-mana macam detektif aje). masBas minta dibuatkan resep, untuk dijadikan kacamata supaya pada saat kondisi tertentu, dan membutuhkan daya akomodasi mata yang optimal, masBas ga perlu repot. Akhirnya mas dokter pun setuju dan mencoret-coret kertas untuk membuat resep kacamata.

Sesampainya dirumah, masbas mencoba lihat-lihat harga kacamata yang ada di optic dekat rumah masBas. Ketika Tanya-tanya, ternyata harga lensa plus frame mahalnyeeee... pada waktu itu masBas masih mahasiswa jadi ga mungkin kalau beli seharga 200 ribuan keatas. Nggak tahu kenapa, owner optic tersebut sepertinya iba pada masBas #melas. Dia menawarkan kacamata harga 150 ribu plus frame, jadi beli lensa bonus frame (eh, atau kebalikannya #lupa wekeke). Yaudah mas Bas ambil deh itu, setelah itu masBas bayar, lalu kacamata yang akan dipakai masBas, di beri titik oleh pegawainya, untuk menentukan jarak pupil mata masBas.
Dua hari pun berlalu, dan masBas di telpon untuk mengambil kacamata yang sudah dipesan, akhirnya masBas bisa pakai kacamata dalam kondisi tertentu saja, awalnya agak pusing tetapi lama-lama juga terbiasa, terutama kalau mata masBas lelah, lalu masBas pakai kacamata, dan rasanya kembali terang. Tidak disangka dan secara tak sadar pula, ternyata frame kacamata masbas berwarna ungu (meski masih cocok untuk dipakai cowok), karena ketika masBas lihat pertama kali, di dalam ruangan berwarna kehitaman, tetapi kalu diluar ruangan berubah jadi keunguan... hadeh..., banyak yang komplain kenapa beli frame yang warna ungu hahaha... haduuuhhhh cari yang murah meriah harap maklum.

Kacamata Pertama

Tetapi sampai sekarang (saat artikel ini dibuat) kacamatanya masih ada, hanya lensanya saja yang sudah baret dan tidak enak untuk dipakai. Pada tahun 2012 masBas memutuskan mengganti kacamata, karena pada waktu itu Alhamdulillah, masBas buat proyek kecil-kecilan dan dapet fee, sehingga masBas bisa beli kacamata baru dengan resep yang sama. Pada waktu itu, MasBas teringat cerita teman yang juga pengguna kacamata, do’i bercerita dimana dia membeli benda tersebut (kacamata –red). Jadi dia beli di sekitaran depan kampus UNY pusat, katanya disana ada banyak penjual frame kacamata dan bisa buat kacamata di optik seberang kampus. Okelah, masBas memutuskan untuk kesana dan ketemu dengan optic kecil yang namanya larisso (kalau ga salah), masBas lihat-lihat dahulu frame nya dan tertarik dengan salah satu frame disana, pas masBas Tanya harganya ternyata lumayan murah sekitar 80 ribu untuk framenya saja.

masBas pun bertanya,”kalau beli lensa yang agak bagusan sampai berapa ya?”, mas yang jaga optic pun menjawab, “yang bagus ada 300 sama 450 ribu untuk lensanya saja”. Lalu masBas tanya “bagusnya dimana?” Hehehe. Katanya sih, lebih tahan gores (bukan anti gores lho), dan juga sifatnya photochromic, yaitu bisa berubah gelap ketika terkena paparan cahaya UV, dan kembali bening ketika berada diruangan. 

Sebelah kiri dipapar cahaya matahari, dan yang kanan adalah hasilnya

 Ok masBas akhirnya memutuskan beli yang 450k, ternyata (pada waktu itu) masbas dikasih gratis frame dan free biaya pemasangan. Akhirnya masBas bayar 450 ribu buat lensa, biaya pasang, dan frame (yang harganya 80 ribu tadi). Jujur aja, sebetulnya agak aneh sih strategi marketingnya, ehmmm tahu dah.... yang jelas disitu jauh lebih murah, ketimbang optic yang ada di deket rumah masBas.

masBas masih pingin cerita tentang pengalaman berkacamata sampai tahun 2018.
Supaya artikel ini ga kepanjangan,

Bersambung ke part 2 ya...
Terimakasih telah membaca...... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, saya mohon untuk meninggalkan komentar yang membangun....

Jangan lupa masuk dahulu dengan akun/e-mail google anda...